Sabtu, 03 Agustus 2013

7 Manusia Yang Dilindungi Allah SWT

- Ada 7 Kriteria yang akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. 7 Kelompok ini nantinya yang akan dilindungi Oleh Allah SWT. Dibulan Suci Ramadhan ini maka alangkah baiknya kita menuju pada 7 Kriteria tersebut. Apa saja 7 Kriteria itu??mari kita simak bersama2. Artikel ini cocok sekali untuk Kultum Ramadhan Bulan ini.

Nabi Muhammad Saw bersabda: ” Ada tujuh kelompok yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah Swt pada hari yang tiada perlindungan, kecuali perlindungan-Nya ” ( HR. Bukhary – Muslim ). Hadits ini menjelaskan, bahwa pada hari kiamat ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah Azza wa Jalla. Yakni:

1. Pemimpin yang adil

Menjadi pemimpin yang adil itu tidaklah mudah, butuh pengorbanan pikiran,perasaan, harta, bahkan jiwa. Dalam ajaran Islam, kepemimpinan bukanlah fasilitas namun amanah. Kalau kita menganggap kepemimpinan atau jabatan itu sebagai fasilitas, kemungkinan besar kita akan memanfaatkan kepemimpinan itu sebagai sarana memperkaya diri tanpa menghiraukan aspek halal atau haram. Sebaliknya, kalau kita menganggap kepemimpinan atau jabatan itu sebagai amanah, kita akan melaksanakan kepemimpinan itu dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab. Nah, untuk melaksanakan kepemimpinan dengan cara yang amanah itu tidaklah mudah, Karena itu logis kalau kita menjadi pemimpin yang adil, Allah akan memberi perlindungan di akhirat kelak.

2. Anak muda yang saleh

Masa muda adalah masa keemasan karena kondisi fisik masih prima. Namun diakui bahwa ujian pada masa muda itu sangat beragam dan dahsyat. Oleh sebab itu, apabila ada anak muda yang mampu melewati masa keemasannya dengan taqarrub ( mendekatkan ) diri kepada-Nya, menjauhkan diri dari berbagai kemaksiatan, serta mampu mengendalikan nafsu syahwatnya, Allah akan memberikan perlindungan-Nya pada hari kiamat. Ini merupakan imbalan dan penghargaan yang Allah berikan kepada anak – anak muda yang saleh.

3. Orang yang hatinya terikat pada mesjid

Kalimat “seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan mesjid”, paling tidak menunjukkan dua pengertian. Pengertian pertama, orang – orang yang kapan dan di manapun berada selalu ingin memakmurkan tempat ibadah. Pengertian kedua, orang – orang yang tidak pernah melalaikan ibadah di tengah kesibukan apapun yang dijalaninya.

4. Bersahabat karena Allah

Poin ini terambil dari kalimat “dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah”. Bersahabat karena Allah swt. maksudnya kita mencintai seseorang atau membencinya bukan karena faktor harta, kedudukan, atau hal – hal lain yang bersifat material,namun murni semata – mata karena Allah swt. Kalau sahabat kita berbuat baik, kita mendukungnya, dan kalau berbuat salah kita mengingatkannya, bahkan kita berani meninggalkannya kalau sekiranya sahabat tersebut akan menjerumuskan kita pada gelimang dosa dan maksiat. Inilah yang dimaksud dengan persahabatan karena Allah.

5. Mampu menghadapi godaan lawan jenis

“Seorang laki – laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: “Sungguh aku takut kepada Allah.” Kalimat ini menggambarkan bahwa kalau kita mampu menghadapi godaan syahwat dari lawan jenis, maka kita akan mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat. Di sini
digambarkan seorang laki – laki yang digoda wanita bangsawan nan rupawan tapi dia menolak ajakannya bukan karena tidak selera kepada wanita itu, namun karena takut kepada Allah. Jadi, rasa takut kepada Allah lah yang menjadi benteng laki – laki tersebut, sehingga tidak terjerembab pada perbuatan maksiat. Karena itu Allah memberikan penghargaan pada hari kiamat dengan memberikan pertolongan – Nya. Di sini diumpamakan laki – laki yang digoda wanita, namun sangat mungkin wanita pun digoda laki – laki.

6. Ihklas dalam beramal

Seseorang yang mengeluarkan sedekah lantas disembunyikannya sampai – sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.” Ini gambaran keihlasan dalam beramal. Saking ihklasnya dalam beramal sampai – sampai tangan kiri pun tidak tahu apa yang diinfakkan atau disumbangkan oleh tangan kanannya. Pertanyaannya, bolehkah kita bersedekah sambil diketahui orang lain, bahkan nama kita dipampang di koran? Boleh saja, asalkan benar – benar kita niatkan karena Allah swt., bukan karena cari popularitas. Perhatikan ayat berikut, ” Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang – orang fakir, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan – kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Q.S.Al-Baqarah 2: 271 )

7. Zikir kepada Allah dengan khusyu

“Seseorang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi, kemudian ia mencucurkan air mata.” Zikir artinya mengingat Allah. Kalau seseorang berdo’a dengan khusyu hingga tak terasa air mata menetes karena sangat nikmat berzikir dan munajat kepada-Nya, maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya pada hari kiamat kelak.

Ibadah dan Cinta

"Dan Cinta... dapat menghilangkan segala rasa sakit" ~ Al-Bushiri.

Wajah Tsaubaa' terlihat pucat, sehingga seorang sahabat bertanya kepadanya: "Ya Tsaubaa', mengapa engkau terlihat pucat? Apakah engkau kurang sehat?," ujar sahabat.

"Alhamdulillah sehat, akan tetapi aku sudah tiga hari tidak berjumpa dengan Rasulullah saw," jawab Tsaubaa'.

Kerinduan kepada seseorang yang kita cintai terkadang mempengaruhi jiwa dan alam pikiran. Bahkan terkenang setiap waktu.

Dan ini terlukis di wajah Tsaubaa' yang rindu berjumpa Nabi saw, rindu mendengarkan taujih, arahan beliau saw. Rindu mendengar berita wahyu yang baru turun. Bahkan sekadar ingin memastikan apakah Rasulullah saw, baik-baik dan sehat-sehat saja.

Kisah lain yaitu tentang sahabat bernama Ka'ab, yang setiap sebelum subuh mencari air lalu memberikannya kepada Rasulullah saw untuk berwudhu. Demikianlah yang dilakukan Ka'ab setiap hari menjelang Subuh, sehingga Rasulullah saw, berkata: "Ya Ka'ab, mintalah apa yang engkau inginkan. Nanti aku mohonkan kepada Allah, dan Insya Allah akan dikabulkan," ujar Nabi saw.

"Saya tidak minta apa-apa ya Rasulullah. Saya hanya ingin bersama engkau di surga Allah," jawab Ka'ab.

"Kalau engkau ingin bersamaku di Surga kelak, maka bantulah dengan memperbanyak sujud," kata Nabi saw.

"Katakanlah (Ya Muhammad), jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi saw). Maka kalian akan dicintai Allah dan diampuni segala dosa kalian..." QS 3:31.

Cara mencintai Allah swt adalah dengan menghidupkan sunnah Nabi saw, bukan dengan mengada-adakan sesuatu yang tidak ada tuntunannya di dalam Al Quran maupun sunnah Nabi saw.

Ibadah adalah puncak dari rasa kecintaan. Dia berawal dari pengenalan kita terhadap ayat-ayat Allah, baik ayat qawliyyah (Al-Qur’an dan Sunnah) maupun ayat-ayat kawniyyah (Alam dan seluruh makhluk).

Dari pendalaman memahami ini, akan mulai muncul rasa simpati kepada kebesaran Allah swt, kepada nikmat Allah, kekuasaan Allah, kebaikan Allah swt dan sebagainya.

Barulah kemudian mewujud dalam bentuk ketaatan yang sejati, kesetiaan yang tak mudah goyah, yang berujung dalam bentuk penghambaan dan penyerahan total diri kita kepada Allah swt.

Inilah hakekat ibadah yang sebenarnya, yaitu pengabdian kepada Yang Maha Pencipta, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Upaya penghambaan ini tentu akan b
erbuah manis, yaitu beroleh cinta dari Allah swt, diampuni segala dosanya dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Semoga ibadah Ramadhan ini, kian menuntun kita semakin dekat kepada cinta Allah swt.

Kalau mengerti jenisnya lebah
Tentu hindari si pohon kapuk
Kalau mengerti makna ibadah
Tentu menjadi lebih khusyuk

Insaf Bertaubat

"Tiap anak cucu Adam pernah berbuat dosa, dan sebaik-baik orang berdosa itu, dia bertaubat" ~ HR. Turmudzi.

Al-Insan (manusia) berasal dari kata nis-yan(lupa), dan manusia punya salah satu sifat mudah lupa, sehingga harus diingatkan berulang kali.

Ini terungkap dari kisah Nabi Adam as, setelah terlanjur mendekati pohon khuldi, "Dan sungguh Kami sudah pesankan kepada Adam dahulu". Fanasiy, lalu ia lupa. Nasiy dari kata nis-yan, artinya lupa. QS 20:115.

Setiap manusia pasti pernah berbuat dosa atau kesalahan, catat: tidak ada manusia yang suci dan sempurna. Dosa ini bisa kepada Allah swt, dosa kepada manusia atau dosa kepada alam, termasuk hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

Dosa kepada Allah swt, bisa berupa kelalaian dalam beribadah, bisa dalam bentuk kesombongan, berprasangka buruk, keingkaran seperti berzina, dan yang paling tinggi adalah mempersekutukan-Nya (sirik).

Dosa kepada manusia dapat berupa durhaka kepada orangtua, membunuh orang, menzhalimi orang, berbohong atau menipu, memfitnah, bergunjing, mengumpat dan sebagainya.

Dosa kepadaa alam berupa merusak lingkungan, menebangi pohon sembarangan sehingga mengakibatkan bencana, menyiksa binatang, tidak memberi makan binatang peliharan dan sebagainya.

Akan tetapi yang lebih penting adalah, apakah setelah terlanjur berbuat dosa, kemudian kita insaf lalu bertaubat kepada Allah swt. Atau jika bentuknya dosa kepada manusia, maka tentunya kita harus meminta maaf. Hal ini sikap dasar dan ciri dari orang-orang yang bertaqwa (QS 3:135).

Jadi, memang tidak ada ayat yang mengatakan bahwa manusia itu suci, akan tetapi yang termaktub adalah manusia yang membersihkan dirinya. Allah swt mencintai al-mutathahhiriin, orang yang membersihkan diri. Dan tidak ada ayat yang mengatakan Allah mencintai at-thaahiriin, orang yang bersih. Karena memang tidak ada yang bersih sama sekali.

Taubat maknanya, kembali ke jalan Allah. Jadi ada tiga langkah memperbaiki kesalahan diri, pertama insaf, kedua taubat dan ketiga adalah istighfar. Tentunya setelah itu, jangan mengulangi lagi dosa tersebut.

Selagi kita berada pada bulan Ramadhan, bulan mulia, dimana Allah swt menerima taubat setiap hamba, maka manfaatkanlah sebaik-baiknya. Perbanyaklah taubat dan istighfar. Karena Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hamba, sebelum ruhnya sampai di yugharghir, tenggorokan.

Sesungguhnya Allah Mengampuni segala dosa, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Siapa yang suka buah kelapa
Letak di panci dengan manisan
Siapa manusia paling celaka
Tak diampuni di bulan Ramadhan.

Kasih Sayang

"Allah swt melaknat orang yang menyiksa dan mengurung hewan"- Hadits Nabi saw.

Dikisahkan,seorang ibu yang tengah duduk memangku kedua anaknya yang masih balita. Seseorang kebetulan lewat merasa iba dan memberikan tiga butir kurma padanya. Lalu sang ibu memberikan satu kurma untuk anaknya yang besar, kemudian satu kurma lagi diberikan kepada anak yang kecil. Lalu kurma ketiga akan dimakan oleh si ibu. Namun tiba-tiba putranya yang besar meminta kurma itu, karena kurmanya tadi sudah habis. Si ibupun tidak jadi memakannya dan menyerahkan kurma itu kepada si buah hati.

Rasulullah saw mengetahui kejadian itu, beliau ber kata: "Si Ibu itu masuk syurga, karena memberikan kasih sayang kepada anaknya".

Kasih sayang merupakan sifat dasar manusia, bukankah manusia terlahir diawali dari hubungan kasih sayang antara dua makhluk laki-laki dan perempuan. Namun, bisa saja satu lingkungan buruk kemudian mengubah perilaku seseorang, sehingga ia menjadi kasar, bahkan besifat kejam kepada siapapun juga.

Suatu ketika Rasulullah saw didatangi oleh cucu-cucu beliau Hasan dan Husain yang habis bermain di pasir. Kebetulan seorang Arab Badui bernama Aqra bin Habis, menyaksikan peristiwa itu dan berkomentar, "Saya punya cucu sepuluh orang, tapi saya tidak pernah menciumi mereka".

Mendengar ucapan orang itu Rasulullah saw marah dan berkata:"Aku tidak sanggup menumbuhkan kasih sayang di hatimu, bagaimana jika Allah swt mencabutnya. Siapa yang tidak mengasihi yang di bumi, tidak akan dikasihi oleh yang di langit".

Rasulullah saw dikenal bersifat penyayang kepada makhluk Allah swt, apalagi terhadap keluarga sendiri.

Simaklah bagaimana beliau memanggil istirinya Aisyah dengan sebutan humaira (yang kemerahan), panggilan mesra yang menyenangkan hati sang isteri. Bahkan Rasulullah saw pernah sujud lama sekali, sehingga sahabat mengira sedang turun wahyu. Namun rupanya sang cucu menaiki punggungnya, dan beliau tidak ingin menganggu keinginan cucu tercinta tersebut.

Rasulullah saw pernah menangis saat putranya Ibrahim wafat, sehingga Abdurrahman bin Auf bertanya, mengapa beliau saw menangis. "Ini adalah tangisan kasih sayang wahai Ibn Auf"

Rasul melanjutkan pembicaraannya: "Sungguh mata ini berlinang, hati ini sedih, namun kami tidak mengucapkan kata-kata kecuali yang diridhai oleh Allah. Sungguh kami sangat sedih berpisah dengan engkau wahai Ibrāhīm.”

Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk berkasih sayang sesama orang beriman. Kita rasakan bagaimana perihnya lapar saat menjelang berbuka, namun ingatlah bahwa kaum fakir miskin hampir setiap hari telah merasakannya.Empati ini tentu akan mengetuk sanubari kita untuk saling berbagi.

Hiasilah rumahmu dengan melati
Hidangkan di meja si lapis legit
Kasihilah makhluk yang ada di bumi
Engkauakan dikasihi Yang di Langit

Kedudukan Puasa Ramadhan

Segala puji bagai Allah. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi terakhir, Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabat dan siapa saja yang mengambil petunjuknya hingga hari kiamat.
Adapun selanjutnya:
Saudaraku Muslim, puasa Ramadhan merupakan salah satu dari lima Rukun Islam, maka perhatikanlah benar-benar rukun asas ini, agar dosa-dosamu yang lalu benar-benar diampuni. Perhatian tersebut dalam bentuk:
Puasamu haruslah karena imanmu, bahwa Allah mewajibkan puasa Ramadhan. Allah swt- telah berfirman:

“…Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah ia berpuasa pada bulan itu… “ (QS. Al-Baqarah: 185)
Dan sabda Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam-:

“Datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan berkah, Allah azzawajalla mewajibkan kalian berpuasa pada bulan itu.”
[HR. Ahmad dan an-Nasai. Hadits sahih]
Mengetahui dengan keyakinan bahwa puasa Ramadhan merupakan salah satu dari lima fondasi yang Islam dibangun di atasnya. Berimanlah dengan hal itu. Mengetahui pentingnya puasa, serta kedudukannya dalam agama Islam ini. Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- bersabda dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar -radiallahu’anhu-:

“Islam dibangun atas lima perkara: Persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah (Kakbah) dan puasa Ramadhan.”
[HR. As-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim)]
Yakinilah bahwa pada puasa Ramadhan terdapat kebaikan untukmu, karena yang mewajibkannya adalah Allah yang mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk-Nya. Sebagaimana firman-Nya -ta’âla-:

“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al-Mulk: 14)
Jika berpuasa, harapkanlah pahalanya di sisi Allah. Jangan mencari sesuatu selain pahala puasamu di sisi Rabb-mu. Jangan termasuk mereka yang berniat puasa agar terjaga dari penyakit, mengobati sakit yang diderita, ingin mengurangi berat badan atau semata mengurangi hawa nafsunya tanpa mengharapkan pahala dari Allah. Allah -ta’âla- telah berfirman:

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Hûd: 15-16)
Maka itu jadikan puasamu semata-mata karena wajah Allah, negeri akhirat dan tengah menaati perintah Allah dan rasul-Nya -shalallahu alaihi wasalam- “Aku dengar dan aku taati.”
Jika engkau mengharap pahala puasamu kepada Tuhan-mu, yang tidak mengganjarnya selain Dia sendiri, itu akan menuntutmu berpuasa sesempurna mungkin dalam menjaga niat maupun mengharap balasan, jauh dari apa-apa yang merusak puasamu, baik yang membatalkan maupun yang merusak kesempurnaan pahala. Jadikan pandanganmu tertumpu pada sabda Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- :

“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipat. Allah -azzawajalla- berfirman, “Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku yang akan mengganjarnya.”
[HR. As-Syaikhân]
Jika engkau berpuasa, wahai saudaraku Muslim, hendaknya yang ada di benak, pikiran dan hatimu adalah menginginkan wajah Allah semata. Terdorong dengan sabda Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam-:

“(Allah berfirman: ) ‘Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku yang akan mengganjarnya. Dia meninggalkan hawa nafsu dan makanannya demi aku.”
Jika engkau menjalani puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka engkau akan mendapatkan pengampunan dosa-dosa (kecil) yang telah lalu dengan keutamaan dan rahmat Allah. Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- bersabda dalam hadits Abu Hurairah -radiallahu’anhu-:

“Siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
[HR. As-Syaikhân]
Tetapi engkau harus menghindari dosa-dosa besar. Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- telah bersabda:

“Antara shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa di antara itu semua, jika dosa besar dapat dihindari.”
[HR. Muslim dan selainnya]


Keutamaan 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang agung, bulan yang selalu dijadikan momentum untuk meningkatkan kebaikan, ketakwaan serta menjadi ladang amal bagi orang-orang yang shaleh dan beriman kepada Allah SwT.

Tidak terasa, Ramadhan tahun ini sudah mendekati akhir karena telah telah memasuki 10 hari terakhir. Sebagian ulama kita membagi fase bulan Ramadhan dengan tiga bagian. Fase pertama, yaitu 10 hari pertama adalah sebagai fase rahmat, 10 hari kedua atau pertengahan adalah fase maghfiroh, serta fase ketiga atau 10 hari terakhir adalah fase pembebasan dari api neraka. Maka saat ini kita berada dalam fase ketiga, yaitu fase pembebasan dari api neraka. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Salman al- farisi, “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Rasulullah Muhammad Saw, yang merupakan manusia terpilih dan suri tauladan terbaik bagi kita, jika Ramadhan memasuki 10 hari terakhir, maka beliau semakin memaksimalkan diri dalam beribadah. Beliau menghidupkan malam harinya untuk mendekatkan diri kepada Allah SwT, bahkan beliau membangunkan keluarganya agar turut beribadah. Dari Aisyah r.a., ia menceritakan tentang keadaan Nabi Saw ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, “Beliau jika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang, menghidupakn malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari).

Rasulullah Saw sangat memerhatikan 10 hari terakhir bulan Ramadhan karena di dalamnya begitu banyak keutamaan yang bisa didapatkan pada waktu-waktu tersebut. Beberapa di antaranya: 

1. Pertama,  Sebagaimana sudah lazim kita pahami bahwa sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan adalah turunnya lailatul qadr. Malam yang sangat dinantikan untuk didapatkan oleh orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan pengharapan ridha Allah SwT, karena pada malam tersebut siapa saja yang beribadah kepada Allah SwT dengan penuh keimanan dan pengharapan kepada Allah SwT maka nilai ibadahnya sama dengan bernilai ibadah selama 1000 bulan yang juga berarti sama dengan 83 tahun 4 bulan. Sebagaimana firman Allah SwT dalam surat Al-Qadr ayat 3: “Lailatul Qdr itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3).

Tentunya dengan mendapatkan lailatul qadr adalah suatu hal yang sangat membahagiakan bagi orang yang beriman yang melaksanakan ibadah puasa dengan penuh keimanan kepada Allah SwT. oleh karenanya, pada hari 10 terakhir ini tidak sedikit dari kaum muslimin yang melakukan i’tikaf di masjid agar rangkaian ibadah yang dilaksanakan, shalat malam, tadarus Al-Qur’an, berdzikir dan amalan-amalan lainnya dapat dilaksanakan dengan khusyuk, tentunya dengan tujuan lailatul qadr dapat diraih. Pada malam tersebut keberkahan Allah swT melimpah ruah, banyaknya malaikat yang turun pada malam tersebut, termasuk Jibril a.s. Allah SwT berfirman: “Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr; 5).

Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah saw juga menyebutkan tentang keutamaan melakukan qiyamullail di malam tersebut. Beliau bersabda. “Barangsiapa melakukan shalat malam pada lailatul qadr karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Keutamaan kedua adalah sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap insan manusia yang beriman kepada Allah SwT mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan berupaya dengan semaksimal mungkin mengerahkan segala daya dan upayanya untuk meningkatkan ibadah pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Karena amal perbuatan itu tergantung pada penutupnya atau akhirnya.
Rasullah Saw bersabda: “Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu kelak.”

Dengan demikian mari kita maksimalkan sisa-sisa bulan Ramadhan ini dengan meningkatkan amaliyah ibadah kita kepada Allah SwT dengan qiyamullail (menghidupkan malam) pada bulan Ramadhan, khususnya pada malam-malam penghujung bulkan ini. Semoga kita mendapatkan segala limpahan kemuliaan dari Allah SwT. Amiiiin……

Pembunuh 99 Orang


"Katakanlah, hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas (berdosa), janganlah putus asa terhadap rahmat Allah. Sesungguhnya Allah swt. mengampuni segala dosa, sungguh Dia Maha Pengampun dan Penyayang" QS Az-Zumar: 53.

Dalam hadits riwayat Bukharie & Muslim, dikisahkan seorang Bani Israil telah membunuh 99 orang, kemudian ingin bertaubat. Dia mencari tempat bertanya, lalu berjumpa seorang abid, ahli ibadah.

Pembunuh ini bertanya, "Aku telah membunuh 99 orang, tapi aku ingin bertaubat. Apakah taubatku akan diterima?". Sang abid menjawab, "Tidak bisa !". Lantas abid itu dibunuhnya pula, maka dia telah membunuh genap 100 orang.

Lalu pembunuh ini masih mencari tempat bertanya, dan berjumpalah dengan seorang alim. Pembunuh itu bertanya, "Aku sudah membunuh 100 orang, tapi aku ingin bertaubat. Apakah taubatku akan diterima".

Orang alim itu menjawab,"Oh, tentu diterima".

Lantas orang alim itu memberi tahu, kalau si pembunuh itu ingin sungguh-sungguh taubat, maka ia harus pindah dari daerah ini, karena. masyarakatnya berperangai sangat buruk.

"Pergilah ke negeri anu, disana banyak orang beribadah, ikutilah mereka". Maka si pembunuh 100 orang itupun pergi.

Tiba-tiba orang itu meninggal di tengah perjalanan, lalu berebutlah antara malaikat rahmat dan malaikat azab. Masing-masing mengklaim orang ini bagian dia.
Malaikat rahmat berkata, "Orang ini sudah berazam untuk bertaubat". Malaikat azab menjawab, "Tapi kan belum sampai ke tujuannya".

Lalu Allah mengutus malaikat untuk menengahinya, lantas disuruh untuk mengukur jaraknya, mana yang lebih dekat, dari tempat berangkatnya atau ke tujuannya.

Setelah diukur, ternyata mayat itu lebih dekat hanya sejengkal kearah tujuannya. Maka orang itu menjadi bagian malaikat rahmat dan masuk surga.

Ciri orang takwa itu adalah suka bertaubat, "Dan apabila mereka terlanjur berbuat dosa kekejian atau menzhalimi dirinya, mereka ingat kepada Allah dan meminta ampun atas dosa-dosanya" (QS Ali-Imran :135)

Bertaubatlah sebelum nyawa sampai di tenggorokan. Dan tentunya upayakan menjauhi dosa-dosa besar seperti: syirik kepada Allah, durhaka pada orangtua, membunuh orang, berzina dsb.

Jika engkau mendekat sejengkal, Allah akan mendekat sehasta
Jika engkau mendekat sehasta, Allah akan mendekat sedepa
Jika engkau berjalan menuju Allah, Allah akan berlari menuju engkau
Karena Allah adalah Maha Pengampun…